Koleksi Lagu Anggun C Sasmi
Profil
Anggun Cipta Sasmi
Anggun Cipta Sasmi
(lahir di Jakarta, 29 April 1974; umur 39 tahun) adalah penyanyi
Indonesia yang saat ini telah memiliki kewarganegaraan Perancis. Ia
merupakan putri dari Darto Singo, seorang seniman Indonesia, dan Dien
Herdina, seorang perempuan yang masih kerabat Keraton Yogyakarta. Ia
mengawali kariernya dengan tampil di panggung Ancol di usia tujuh tahun,
lalu merekam album anak-anak dua tahun kemudian. Di bawah bimbingan
musisi Ian Antono, Anggun merekam album studio pertamanya di Indonesia
berjudul Dunia Aku Punya pada tahun 1986. Namun, nama Anggun baru
melambung setelah merilis singel berjudul “Mimpi” pada tahun 1989. Pada
usianya yang masih sangat muda Anggun telah berhasil menggapai puncak
popularitasnya sebagai penyanyi rock di Indonesia dengan diraihnya
penghargaan “Artis Indonesia Terpopuler 1990-1991″.
Pada tahun
1994, Anggun memutuskan untuk meninggalkan Indonesia dan mewujudkan
impiannya menjadi artis bertaraf internasional. Dengan bantuan Erick
Benzi, seorang produser besar Perancis, pada tahun 1997, Anggun berhasil
merilis album internasional pertamanya berjudul Snow on the Sahara
di 33 negara di seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat yang menjadi
kiblat musik global. Sejak saat itu Anggun telah menghasilkan sebanyak
lima album internasional yang direkam dalam multi-bahasa, terutama
bahasa Inggris dan bahasa Perancis. Selain itu, ia telah merekam
kolaborasi dengan banyak artis mancanegara, termasuk di antaranya Julio
Iglesias, Peter Gabriel, dan Pras Michel dari grup The Fugees. Anggun
juga pernah bernyanyi langsung bersama Bryan Adams, Celine Dion, Charles
Aznavour, David Foster, dan musisi kelas dunia lainnya.
Anggun
merupakan penyanyi Indonesia pertama yang berhasil menembus industri
musik internasional dan album-albumnya telah meraih penghargaan gold dan
platinum di beberapa negara Eropa. Dengan menggabungkan seluruh
albumnya di Indonesia dan di luar negeri, Anggun telah menjual sekitar
10 juta kopi rekaman.[1] Beberapa penghargaan
telah diraih Anggun atas pencapaiannya, termasuk di antaranya anugerah
prestisius “Chevalier des Arts et Lettres” dari pemerintah Perancis.
Anggun juga telah dua kali didaulat menjadi duta global Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB), yaitu untuk program Mikrokredit pada tahun 2005 dan
Food and Agriculture Organization (FAO) pada tahun 2009.
1974–1993: Masa kecil dan perjalanan karier di Indonesia
Anggun
merupakan putri pertama dari pasangan Darto Singo, seorang seniman
Indonesia dengan Dien Herdina, seorang ibu rumah tangga yang masih
keturunan keraton Yogyakarta.[2] Anggun menempuh pendidikan dasarnya di sebuah sekolah Katolik di Jakarta, meskipun Anggun sendiri adalah seorang Muslim.[3][4]
Anggun dibesarkan dalam keluarga yang penuh seni. Sejak usia tujuh
tahun Anggun digembleng latihan vokal setiap hari oleh ayahnya.[5]
Anggun diajarkan berbagai latihan teknik vokal dengan penuh disiplin.
Tidak hanya itu, Anggun juga diajarkan bermain piano. Dengan dimanajeri
ibunya, Anggun kemudian mulai tampil di atas panggung, meskipun sering
hanya dengan imbalan nasi bungkus.[6] Pada usia sembilan tahun, Anggun mulai menciptakan lagu-lagunya sendiri dan mulai merekan album anak-anak.[7][8]
Saat menginjak usia 12 tahun, Anggun meluncurkan album rock pertamanya berjudul Dunia Aku Punya (1986). Album tersebut diproduseri oleh gitaris terkenal Indonesia, Ian Antono.[9]
Sayangnya, album ini tidak mampu mengangkat namanya. Anggun baru
meroket di blantika musik Indonesia setelah merilis singel berjudul
“Mimpi” pada akhir tahun 1989. Menurut majalah Rolling Stone, “Mimpi” merupakan salah satu dari “150 Lagu Indonesia Terbaik Sepanjang Masa”.[10]
Popularitas Anggun terus melejit dengan dirilisnya sederet singel
seperti “Tua Tua Keladi” dan “Takut”. Anggun kemudian berhasil meraih
penghargaan sebagai “Artis Indonesia Terpopuler 1990-1991″.[11] Setelah sukses dengan singel, Anggun kembali merilis album studio berjudul Anak Putih Abu Abu (1991), yang disusul dengan Nocturno
(1992). Pada usianya yang masih belia, Anggun telah berhasil melejit
sebagai salah satu penyanyi rock paling sukses di paruh awal 1990-an.
Album-albumnya terjual laris di pasaran dan singel-singelnya merajai
tangga lagu di Indonesia.[12][11]
Pada
tahun 1992, Anggun mulai menjalin hubungan dengan Michel Georgea,
seorang insinyur berkebangsaan Perancis. Mereka pertama kali bertemu
saat Anggun mengadakan tur konser di Kota Banjarmasin.[13]
Mereka kemudian menikah dan Michael diangkat menjadi manajer Anggun.
Pada usia 19 tahun, Anggun berhasil menjadi penyanyi termuda yang
mendirikan perusahaan rekamannya sendiri, Bali Cipta Records.[3] Ia juga terjun langsung sebagai produser rekaman sehingga lebih bebas dalam menggarap albumnya sendiri.[9] Anggun kemudian merilis album studio terakhirnya di Indonesia berjudul Anggun C. Sasmi… Lah!!!
pada tahun 1993. Singel pertamanya, “Kembalilah Kasih (Kita Harus
Bicara)”, kembali mencetak sukses dan videonya sempat menembus MTV Hong
Kong.[3] Anggun pun merasa tidak
puas dengan kesuksesannya di Indonesia dan mulai memimpikan karier
sebagai penyanyi bertaraf internasional.[14]
1994–1996: Meninggalkan Indonesia dan permulaan di Eropa
“Saya
bermimpi memiliki karir internasional ini, tetapi produser asing tidak
akan datang ke Indonesia untuk mencari bakat ketika ada begitu banyak
tersedia di negara mereka sendiri. Saya harus pergi ke sana. Saya ingin
tahu, dan saya pikir itu baik untuk berubah. Di Indonesia, kami tidak
memiliki banyak informasi datang, yang datang hanya dari satu sumber.
Dan internet itu tidak sebesar seperti sekarang.”
Anggun, dalam wawancara dengan majalah Billboard di Amerika Serikat.[9]
Pada tahun 1994, Anggun meluncurkan sebuah album kompilasi terbaik berjudul Yang Hilang
yang memuat lagu-lagu hit Anggun selama di Indonesia. Setelah itu,
Anggun menjual perusahaan rekamannya dan hijrah ke Eropa untuk
mewujudkan impiannya menjadi penyanyi internasional.[14][15]
Bersama Michel Georgea, Anggun menetap di London, Inggris selama
setahun untuk memulai kariernya lagi dari nol. Ia rajin mengirim demo
rekaman ke berbagai studio di Inggris dan juga pergi ke klub-klub untuk
memperkenalkan dirinya sebagai penyanyi. Biaya hidup yang tinggi di
London membuat uang hasil penjualan perusahaan rekaman Anggun habis
sedikit demi sedikit. Anggun pun harus menerima kekecewaan
berbulan-bulan kemudian tatkala semua demo rekamannya tidak mendapat
respon positif. Anggun akhirnya berada pada kesimpulan bahwa ia tidak
akan memiliki masa depan di Inggris dan berencana untuk memulai karier
di negara Eropa lain. Ia sempat berniat pindah ke Belanda, namun
kemudian ia beralih ke Perancis.[14]
Dua
tahun setelah meninggalkan Indonesia, Anggun akhirnya berhasil bertemu
dengan Erick Benzi, salah seorang produser besar Perancis yang pernah
menggarap album sejumlah penyanyi kenamaan seperti Celine Dion,
Jean-Jacques Goldman dan Johnny Hallyday.[16]
Benzi terpikat oleh kemampuan vokal Anggun dan seketika menawarkannya
untuk rekaman album. Anggun setuju dan memutuskan untuk mempelajari
bahasa Perancis secara otodidak.[17] Atas
bantuan Benzi, Anggun kemudian direkrut oleh Columbia Records di
Perancis. Tidak hanya itu, Anggun juga berhasil mendapat kontrak label
induk Sony Music International untuk album yang akan diedarkan secara
internasional.
1997–1999: Snow on the Sahara dan kesuksesan internasional
Pada tanggal 24 Juni 1997, Anggun merilis album berbahasa Perancis pertamanya berjudul Au nom de la lune.
Yang paling menonjol dari album ini adalah perubahan total jalur musik
Anggun, dari musik rock yang bertahun-tahun digelutinya menjadi musik
pop etnik dengan sentuhan bunyi-bunyian instrumen tradisional Indonesia.
Anggun mengatakan, “Saya ingin memperkenalkan Indonesia, tetapi dengan
cara yang progresif, dalam lirik, dalam suara, tetapi yang paling utama
melalui diri saya sendiri.”[9]
Singel pertama Anggun “La neige au Sahara” langsung menjadi hit dan
tercatat sebagai lagu yang paling sering diputar di radio-radio Perancis
tahun 1997. Album pertama Anggun tersebut berhasil mereguk sukses
dengan penjualan lebih dari 150.000 kopi di Perancis dan Belgia. Anggun
juga berhasil menjadi nominator untuk “Pendatang Baru Terbaik” di
Victoires de la Musique, penghargaan tertinggi bagi industri musik
Perancis.[18]
Anggun menggebrak pasar musik internasional dengan meluncurkan versi bahasa Inggris dari album pertamanya yang diberi judul Snow on the Sahara di 33 negara di Asia, Eropa, dan Amerika.[3][19] Selain berisi lagu-lagu yang diadaptasikan dari album Au nom de la lune,
Anggun juga mendaur ulang lagu lawas milik penyanyi David Bowie
berjudul “Life on Mars?”. Untuk pasar Asia Tenggara, Anggun menyertakan
sebuah lagu berbahasa Indonesia berjudul “Kembali”. Singel pertama
Anggun “Snow on the Sahara” berhasil meraih sukses dan menempati
peringkat pertama di Italia, Spanyol, dan beberapa negara di Asia. Lagu
tersebut juga mencapai posisi lima besar pada UK Club Chart di Inggris dan digunakan sebagai lagu promosi jam tangan mewah dunia Swatch. Album Snow on the Sahara berhasil terjual lebih dari 1,5 juta keping di seluruh dunia dan meraih penghargaan Diamond Export Award.[19][20] Album ini sempat tercatat sebagai album penyanyi Asia dengan penjualan paling tinggi di luar Asia pada saat itu.[21]
Di Amerika Serikat, yang merupakan kiblat musik dunia, Snow on the Sahara dirilis pada Mei 1998 oleh Epic Records.[7] Anggun melakukan tur selama sembilan bulan di negara itu untuk mempromosikan albumnya.[4]
Saat berada di sana, Anggun diundang oleh penyanyi Kanada Sarah
McLachlan untuk tampil di Lilith Fair, sebuah festival musik wanita
berkeliling Amerika.[22] Anggun
juga tampil sebagai artis pendukung dalam tur konser beberapa artis
seperti The Corrs dan Toni Braxton. Anggun sempat muncul di berbagai
media cetak Amerika, seperti majalah Billboard dan Rolling Stone.[16] Anggun juga beberapa kali tampil di televisi Amerika, seperti dalam acara The Rosie O’Donnell Show dan New York Sessions at West 54th, serta wawancara eksklusif di CNN dalam program World Beat.[22][23]
Anggun berhasil menoreh sejarah dengan menjadi artis berkebangsaan Indonesia pertama yang menembus tangga musik Billboard.[21] Singel “Snow on the Sahara” mencapai posisi 16 di Billboard Hot Dance/Club Play serta posisi 19 di Billboard Border Breakers Chart.[3][24] Lagu Anggun juga menduduki posisi kedua setelah Celine Dion pada daftar singel terfavorit jurnalis Billboard tahun 1998.[22] Meskipun cukup fenomenal, album Anggun ini terbilang gagal di Amerika dan tidak mampu menembus tangga album Billboard 200. Album ini menduduki peringkat 23 di Billboard Heat Seekers Chart dan sampai saat ini terjual sekitar 200.000 keping di seluruh Amerika.[4][25]
2000–2003: Chrysalis, Open Hearts dan era kolaborasi
Anggun
akhirnya resmi becerai dengan Michel Georgea pada tahun 1999. Setahun
kemudian, ia juga memutuskan untuk memperoleh kewarganegaraan Perancis.
Langkah ini diambil Anggun akibat buruknya pelayanan birokrasi di
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) yang sangat menyulitkan dirinya
sebagai penyanyi yang setiap saat bepergian ke berbagai negara,
terutama saat mempromosikan album internasional pertamanya.[26] Meskipun demikian, dalam wawancara dengan Kick Andy
tahun 2006, Anggun mengatakan “Buat saya yang ganti kan cuma warna buku
kecilnya [paspor]… Tulang saya tetap putih dan darah saya merah. Saya
tetap anak Indonesia.”[6]
Pada tahun 2000, Anggun meluncurkan album berbahasa Perancis keduanya berjudul Désirs contraires
dengan singel andalan “Un geste d’amour”. Album ini masih diproduseri
Erick Benzi dan memuat jenis musik pop elektronik serta elemen ambient
dan R&B.[21] Namun, album
ini gagal mengulang kesuksesan album pertama Anggun dan hanya terjual
sebanyak 30.000 kopi di Perancis. Untuk versi internasional yang diberi
judul Chrysalis, Anggun menulis semua lirik lagu dalam bahasa Inggris.[19] Album internasional kedua Anggun tersebut dirilis serentak di 15 negara pada tanggal 8 September 2000.[16]
Singel pertama dari album ini, “Still Reminds Me”, berhasil menjadi hit
di berbagai radio di kawasan Eropa dan Asia. Lagu ini mencapai
peringkat tiga di Italia dan sepuluh besar di Jepang.[19] Singel tersebut juga menduduki posisi lima besar The Music & Media Europe Border Breakers Chart.
Khusus pasaran Asia Tenggara, Anggun menyelipkan sebuah singel
berbahasa Indonesia berjudul “Yang ‘Ku Tunggu”. Tidak seperti versi
berbahasa Perancis-nya, Chrysalis tetap menjadi album multi-platinum dan berhasil meraih penghargaan gold di Italia hanya dalam waktu seminggu.[27]
Pada
akhir tahun 2000, Anggun mendapat undangan untuk tampil bersama
penyanyi rock Kanada Bryan Adams pada konser Natal di Vatikan. Anggun
kemudian menggelar tur pertamanya keliling Eropa dan Asia. Konser
pertama Anggun dimulai di Le Bataclan, Perancis pada 1 Februari 2001 dan
berakhir di Kallang Theater, Singapura pada 30 April 2001.[16]
Setelah itu, Anggun mulai terlibat dalam banyak proyek kolaborasi. Dari
banyak kolaborasi yang dilakukannya pada perode itu yang cukup sukses
yaitu bersama DJ Cam dalam lagu jazz “Summer in Paris”,[28]
bersama Deep Forest pada lagu bercengkok Sunda “Deep Blue Sea” serta
duet bersama penyanyi rock terkenal Italia, Piero Pelù dalam singel
“Amore Immaginato”. Singel duet Anggun dengan Piero Pelù berhasil
menduduki posisi puncak Italian Airplay Chart selama dua bulan.[27] Anggun juga terlibat dalam proyek besar dua film Skandinavia, yaitu Anja & Viktor (2001) dan Open Hearts (2002).[16] Anggun merilis sebuah lagu berjudul “Rain (Here Without You)” untuk Anja & Viktor. Untuk Open Hearts,
Anggun merilis sebuah album soundtrack pada tahun 2002. Di album
berbahasa Inggris ketiga ini, Anggun bekerja sama dengan dua musisi asal
Denmark, Jesper Winge Leisner and Niels Brinck.[29]
Singel dari album ini, “Open Your Heart”, dinominasikan meraih
penghargaan “Lagu Terbaik” pada Robert Awards 2003, anugerah tertinggi
industri perfilman Denmark.[30]
Pencapaian
karier Anggun mengantarkannya meraih sejumlah apresiasi. Ia dianugerahi
penghargaan “The Cosmopolitan Asia Women Award” pada tahun 2000 serta
“The Women Inspire Award” pada tahun 2002, sebagai penyanyi yang memberi
inspirasi kepada seluruh wanita Asia atas kariernya sebagai penyanyi
solo asal Asia yang sukses di dunia internasional.[31]
Pada Januari 2003, Anggun hadir di MIDEM Awards untuk menerima
penghargaan prestisius, Diamond Award, yang diserahkan langsung oleh
Menteri Kebudayaan Perancis. Penghargaan tersebut mengukuhkannya menjadi
salah satu penyanyi berbahasa Perancis tersukses di luar Perancis. Pada
tahun yang sama, Anggun memutuskan untuk menghentikan kerja samanya
dengan Sony Music akibat berubahnya struktur perusahaan itu setelah
bermerger dengan BMG Music. Ia juga memutuskan pindah ke Montreal,
Kanada. Di sana Anggun kemudian bertemu jodoh dengan Olivier Maury,
seorang sarjana politik Kanada dan mereka menikah pada tahun 2004.[26]
2004–2006: Luminescence
Pada
tahun 2004, Anggun kembali ke Paris dan menandatangani kontrak dengan
Heben Music, sebuah label independen Perancis. Dalam distribusi album,
Anggun nantinya dibantu oleh Sony BMG untuk wilayah Eropa dan Universal
untuk wilayah Asia. Anggun meluncurkan album internasional ketiganya Luminescence
pada tahun 2005. Berbeda dengan album-album sebelumnya, kali ini untuk
versi bahasa Perancis dan bahasa Inggris dirilis dengan judul yang sama.
Selain itu, di album ini posisi Erick Benzi sebagai produser telah
digantikan oleh beragam musisi Perancis seperti Jean-Pierre Taieb,
Lionel Florence, Evelyn Kraal, dan Jean Faque.[32]
Pada album ini, selain mengusung genre pop dan beberapa unsur musik
urban, Anggun juga kembali ke akar musik rock yang pernah menjadi
cirinya di awal karier.[33]
Singel
pertama dari album ini, “Être une femme” atau “In Your Mind”, telah
dinobatkan sebagai Lagu Paling Populer Tahun 2004 oleh Radio France
International, sebuah stasiun radio bertaraf internasional di Perancis.
Singel “Saviour” terpilih sebagai soundtrack dari film laris Transporter 2.[34]
“Undress Me” juga dirilis sebagai singel di beberapa negara dan
mencapai peringkat pertama tangga lagu Turki dan Lebanon. Melalui
Luminescence, Anggun melebarkan popularitasnya di negara-negara Timur
Tengah dan Eropa Timur. Luminescence dirilis ulang pada tahun
2006 dengan tambahan tiga lagu baru, termasuk singel “I’ll Be Alright”
atau “Juste avant toi”. Anggun kemudian juga melakukan duet dengan
penyanyi legendaris asal Spanyol Julio Iglesias dalam lagu “All for
You”.
Anggun menerima sebuah penghargaan prestisius “Chevalier des
Arts et Lettres” dari pemerintah Perancis atas prestasi karier dan
kontribusinya pada budaya Perancis di seluruh dunia.[35][36]
Anggun juga ditunjuk sebagai juru bicara Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) untuk Skim Mikrokredit, sebuah program pengentasan kemiskinan di
seluruh dunia.[37] Anggun juga terpilih menjadi ambassador bagi Audemars Piguet, sebuah perusahaan jam tangan mewah dunia asal Swiss.[38]
Pada
tanggal 25 Mei 2006, Anggun menggelar konser terbesarnya di Indonesia
bertajuk “Konser Untuk Negeri” di Jakarta Convention Center. Tiket
sebanyak 5.000 lembar habis terjual dan konser berjalan sukses.[39] Anggun kemudian menerima penghargaan khusus dari Anugerah Musik Indonesia sebagai “Artis Internasional Terbaik”.[40]
Anugerah khas itu diberikan atas keberhasilannya mengukir nama di luar
negeri dan menaikan nama industri musik Indonesia di mata internasional.
Anggun menutup tahun itu dengan merilis sebuah album kompilasi terbaik,
Best Of, di Indonesia dan Malaysia. Album ini menampilkan hits
Anggun selama karier internasionalnya, ditambah tiga lagu lawas
Anggun—”Mimpi”, Bayang-Bayang Ilusi”, dan “Takut”—yang dinyanyikan ulang
dengan aransemen musik Andy Ayunir dan Orkestra Saunine.[41] Best-Of juga dirilis untuk pasaran Italia dengan daftar lagu berbeda dan lagu “I’ll Be Alright” sebagai singel andalannya.[42]
2007–2010: Kelahiran anak pertama dan Elevation
Setelah
pernikahannya dengan Olivier Maury kandas pada tahun 2006, Anggun
menjalin hubungan dengan penulis Perancis Cyril Montana, yang akhirnya
berlanjut ke jenjang pernikahan. Anggun melahirkan putri pertama mereka
bernama Kirana Cipta Montana Sasmi pada 8 November 2007.[43]
Pada awal tahun 2007, Anggun menulis dua lagu untuk Julian Cely, salah
seorang penggemarnya dari Perancis yang merilis album pertamanya di
Indonesia.[44] Anggun juga terlibat dalam penggarapan film dokumenter bertema lingkungan hidup produksi BBC berjudul Un jour sur terre atau Earth.[45]
Anggun bertindak sebagai narator dan merilis singel soundtrack film
tersebut. Anggun juga didaulat sebagai “Marraine des Prix
Micro-Environnement” (duta lingkungan hidup) oleh National Geographic
Channel dan Kementrian Ekologi dan Pembangunan Berkelanjutan Perancis.[46][47]
Anggun berhasil meraih penghargaan “Le grand couer de l’annee” atas
kontribusinya dalam sejumlah permasalahan sosial dan lingkungan hidup di
Perancis.[48] Pada bulan Desember 2007,
Anggun kembali mendapat undangan dari Vatikan untuk tampil di konser
Natal di Verona, Italia, bersama Michael Bolton.[49] Anggun juga tampil di World Music Awards 2008 dengan membawakan lagu “No Stress” bersama DJ Laurent Wolf.[50]
Album internasional keempat Anggun berjudul Elevation dirilis pada akhir tahun 2008. Kali ini Anggun mengganti aliran musiknnya menjadi hip-hop dan urban.[51]
Anggun menggandeng duo produser hip hop, Tefa dan Masta, untuk album
ini. Ia juga berkolaborasi dengan sejumlah penyanyi rap yaitu Pras
Michel (peraih Grammy Awards dan mantan personel grup The Fugees), Sinik
dan Big Ali, serta para DJ seperti Laurent Wolf dan Tomer G. untuk
meremix lagu-lagunya.[52] Singel pertama
album ini yaitu “Si tu l’avoues” untuk pasaran Perancis, “Crazy” untuk
pasaran internasional, serta “Jadi Milikmu” untuk pasaran Indonesia. Di
Rusia, Elevation dirilis dengan tambahan sebuah lagu berjudul “О нас с
тобой″, versi bahasa Rusia dari lagu “No Song” yang dibawakan duet oleh
Anggun dengan penyanyi berkebangsaan Rusia Max Lorens.[53]
Di Indonesia, sebelum dirilis resmi pada 1 Desember 2009, album ini
telah mendapat penghargaan double platinum, menjadikannya album dengan
penjualan tercepat sepanjang karier Anggun di Indonesia.[54] Sayangnya, album ini juga menjadi album studio dengan penjualan terendah sepanjang karier internasional Anggun.
Pada era ini, Anggun kembali menjadi duta produk komersial, yaitu untuk sampo Pantene dan susu Anlene.[55]
Pada akhir tahun 2009, Anggun kembali ditunjuk oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB), kali ini sebagai duta organisasi pangan
internasional Food and Agriculture Organization (FAO) dalam misi
pengentasan kelaparan di seluruh dunia.[56][57]
Anggun kemudian juga didaulat oleh mantan Presiden Amerika Serikat Bill
Clinton sebagai juru bicara Healthy Water Fundraising Program. Selain
itu, Anggun diangkat sebagai salah satu juri dalam kontes kecantikan
Miss France 2009.[58] Pada awal tahun 2010,
penyanyi populer Portugal Mickael Carreira mengajak Anggun untuk berduet
dalam lagu “Chama por me (Call My Name)” dan tampil dalam konser
tunggalnya di Lisboa, Portugal tanggal 26 Februari 2010.[59] Anggun juga berkolaborasi dengan musisi Jerman Schiller dalam lagu “Always You” dan “Blind” untuk album Schiller berjudul Atemlos. Anggun bersama Schiller juga menggelar tur konser keliling Jerman selama bulan Maret 2010.[60]
2011–sekarang: Echoes, Eurovision, dan X Factor Indonesia
Pada
tahun 2011, Anggun menggarap album internasional kelimanya bersama
beberapa musisi seperti Gioacchino, Pierre Jaconelli, Jean-Pierre Pilot,
dan William Rousseau.[61] Album tersebut diberi judul Echoes untuk versi berbahasa Inggris dan Echos
untuk versi berbahasa Perancis. Ini merupakan album internasional
pertama yang diproduseri sendiri oleh Anggun dan digarap oleh perusahaan
rekaman miliknya sendiri April Earth.[61]
Untuk distribusi album, ia dibantu Warner Music untuk wilayah Eropa dan
Sony Music untuk Asia bagian Timur. Di album ini Anggun menyajikan
jenis musik pop organik dengan lirik yang filosofis dan banyak bercerita
tentang kehidupan.[62] Album ini dirilis
pertama kali di Indonesia pada Mei 2011 dengan singel “Hanyalah Cinta”,
disusul negara-negara bahasa Perancis pada November 2011 dengan singel
andalan “Je partirai”. Album ini berhasil meraih platinum di Indonesia
pada minggu pertama perilisannya.[63] Tujuh bulan kemudian, Echoes berhasil meraih empat platinum dan memegang rekor sebagai album terlaris di toko kaset Indonesia untuk tahun 2011.[64]
Singel “Je partirai” mencapai peringkat lima di Belgian Ultratip 50
Chart. Untuk mempromosikan album ini, Anggun menggelar konser tunggal
keduanya di Jakarta Convention Center bertajuk “Konser Kilau Anggun”
pada tanggal 27 November 2011. Anggun juga tampil untuk ketiga kalinya
dalam konser Natal tahunan di Vatikan, kali ini ia berduet dengan
penyanyi Irlandia Ronan Keating.[65]
Anggun
didaulat oleh saluran televisi publik France Télévisions sebagai wakil
Perancis untuk Kontes Lagu Eurovision 2012, kompetisi musik terbesar di
Eropa yang diikuti lebih dari 40 negara sejak 1956.[66]
Anggun menulis sebuah lagu berjudul “Echo (You and I)” sebagai entri
Perancis untuk kontes tersebut. Lagu ini turut direkam secara duet dalam
empat versi berbeda bersama penyanyi dari berbagai negara, yaitu
bersama Claudia Faniello untuk pasaran Malta, bersama Niels Brinck untuk
Denmark, bersama Viktor Varga untuk Hungaria, serta bersama Keo untuk
Rumania.[67] Ia lalu menggelar tur di 15
negara di Eropa untuk mempromosikan singel tersebut. Anggun menampilkan
lagu tersebut pada grand final Eurovision 2012 di Baku, Azerbaijan
dengan mengenakan gaun khusus rancangan desainer langganan Madonna,
Jean-Paul Gaultier. Namun, hasil akhir kompetisi hanya menempatkan lagu
tersebut di peringkat 22.
Pada Maret 2012, Anggun merilis album Echoes untuk pasaran internasional dengan “Echo (You and I)” sebagai singel andalan.[68]
Album ini juga kembali diluncurkan di Perancis dalam edisi khusus
dengan tiga lagu tambahan. Setelah menyelesaikan tugasnya di Eurovision,
Anggun melanjutkan promosi album ini dengan menggelar tur konser di
beberapa kota di Perancis, Swiss, dan Kaledonia Baru, termasuk di
antaranya konser tunggal Anggun di gedung Le Trianon, Paris, pada
tanggal 13 Juni 2012.[69] Pada akhir tahun 2012, Anggun juga kembali diajak oleh Schiller dalam tur konser di 10 kota di Jerman.[70] Anggun mengumumkan di Twitter bahwa selama 2013, ia akan lebih banyak menghabiskan waktu di kawasan Asia.[71] Ia diangkat menjadi juri internasional X Factor Indonesia untuk musim perdana. Anggun sedang mempersiapkan album kompilasi bertajuk Best-Of: Design of a Decade 2003–2013.
Album ini menampilkan 17 lagu Anggun dalam kurun waktu sepuluh tahun
terakhir, dilengkapi bonus DVD berisi 13 video klip beresolusi tinggi.[72] Anggun turut berpartisipasi dalam album konsep Thérèse – Vivre d’amour dengan merekam dua lagu duet bersama penyanyi Kanada Natasha St-Pier berjudul “Vivre d’amour” dan “La fiancée”.[73]
Pada ajang World Music Awards 2013, Anggun berhasil meraih nominasi
untuk tiga kategori, yakni World’s Best Female Artist, World’s Best Live
Act, dan World’s Best Entertainer of the Year.[74]
Keartisan, citra, dan pencapaian
Anggun sering dijuluki sebagai “Diva Indonesia” oleh media dalam dan luar negeri.[75][76][77] Anggun dikenal sebagai penyanyi yang memiliki jenis suara kontralto yang tebal serta teknik improvisasi vokal yang unik.[78] Pada saat merilis album Snow on the Sahara banyak pengamat musik internasional yang memuji suara Anggun dan sering menyebutnya “Annie Lennox dari Asia”.[79] Anggun sendiri telah dilatih vokal dengan keras oleh ayahnya Darto Singo sejak umur tujuh tahun.[5]
Pada awal kariernya, Anggun banyak dipengaruhi oleh penyanyi dan grup
musik bergenre rock seperti Guns N’ Roses, Bon Jovi, dan Megadeth,[3]
sehingga album-albumnya selama di Indonesia tidak lepas dari jalur
musik rock. Namun, sejak beralih menjadi penyanyi internasional, jenis
musik Anggun lebih variatif dan selalu berbeda di setiap albumnya.[21] Selain musisi-musisi tersebut, Anggun juga mengaku mengidolakan Sheila Chandra, Sting, David Bowie, dan The Beatles.[8] Anggun juga pernah belajar Tari Bali yang telah menjadi pengaruh kuat dalam penampilannya di atas panggung.[80]
Pada
awal kariernya sebagai penyanyi rock, Anggun terkenal dengan
penampilannya yang tomboi dan khas—menggunakan baret miring, celana
pendek, jaket paku-paku dan ikat pinggang besar—yang sempat menjadi tren
di awal 1990-an. Namun, sejak menjadi penyanyi internasional, Anggun
mengubah total gaya berbusananya menjadi lebih feminin dan seksi,
melalui penampilan khas wanita Indonesia dengan rambut hitam panjang dan
kulit sawo matang.[77] Untuk
menunjang penampilannya Anggun telah banyak dibantu para perancang
busana dunia seperti Azzedine Alaïa, Dolce & Gabbana, dan Roberto
Cavalli.[55] Majalah Herworld
telah menobatkan Anggun sebagai inspirasi wanita berambut lurus panjang
selama dekade 2000-an. Anggun juga menduduki peringkat 18 dalam daftar
“100 Wanita Terseksi di Dunia” versi majalah FHM Perancis pada tahun 2010.[81]
Meskipun telah sukses sebagai seorang penyanyi, Anggun tidak pernah melebarkan sayap kariernya ke bidang lain di luar musik.[82]
Saat menggelar promosi album internasional pertamanya di televisi
Amerika Serikat, Anggun sempat ditawarkan sutradara Hollywood untuk
bermain di film James Bond: The World Is Not Enough dan High Fidelity.[83]
Namun, kedua peran tersebut ditolak Anggun dan akhirnya diberikan pada
aktris Sophie Marceau dan Lisa Bonet. Anggun mengatakan “Aku lahir
sebagai penyanyi. Aku tidak akan mencoba profesi lain karena menurutku
masih banyak orang yang memang dilahirkan untuk menjadi bintang film
atau model. Aku merasa panggilan jiwaku adalah musik.”[82] Selain itu, Anggun juga cenderung selektif dalam memilih produk iklan yang dibintanginya.[84]
Anggun
merupakan salah satu penyanyi pertama dari Asia yang benar-benar mampu
menerobos industri musik internasional di luar Asia. Tidak seperti para
penyanyi kulit hitam, orang-orang Asia masih sulit mendapat tempat di
blantika musik Eropa dan Amerika. Kesuksesan Anggun secara langsung atau
tidak telah membuka jalan bagi penyanyi-penyanyi lain dari Asia.
Setelah Anggun baru muncul sederet nama penyanyi Asia yang mencoba
menggarap pasar musik Eropa atau Amerika seperti Coco Lee, Utada Hikaru,
BoA, atau Tata Young. Penyanyi Hong Kong Coco Lee bahkan mengaku
terinspirasi oleh Anggun saat hendak meluncurkan album internasional
pertamanya Just No Other Way (1999). Lionel Zivan S. Valdellon,
seorang jurnalis asal Filipina, menyebut Anggun sebagai “seorang duta
yang sangat bagus untuk Indonesia dan Asia secara umum.”[22]
Anggun sendiri mengatakan, “Saya rasa sudah saatnya orang-orang [luar
Asia] tahu lebih banyak tentang Asia, tidak hanya sekedar tempat
liburan.”[22]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar